en id

Audiensi Potensi Aksesibilitas Udara di Wilayah "Joglosemar"

21 Jul 2016

kembali ke list


Semarang (21/07) - Pada pukul 08.10 pagi hari ini, General Manager, Department Head dan Section Head menyambut kedatangan Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Pariwisata, Budi Rifajantoro dan Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Aksesibilitas Udara, Robert D. Waloni di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang. Kedatangan Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menteri Pariwisata juga disambut oleh Duta Bandara Ahmad Yani.

Tepat pukul 08.30 WIB, General Manager membuka acara diskusi di Ruang Rapat Bandara Ahmad Yani dan memberikan paparan mengenai keadaan dan optimalisasi di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang saat ini sekaligus destinasi wisata yang ada di Semarang dan sekitarnya. Setelah itu dilanjutkan dengan paparan dari Staf Khusus Menteri Pariwisata mengenai Aksesibilitas Udara Sebagai Critical Success Factor Pengembangan Pariwisata Indonesia.

 "Pariwisata itu bagi Indonesia, provinsi dan bagi kita semua sangatlah penting, karena pariwisata memiliki peran sebagai penyumbang devisa terbesar untuk Negara yang akan melebihi minyak dan gas bumi" ujar Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Pariwisata, Budi Rifajantoro. Pariwisata merupakan satu-satunya devisa yang akan terus tumbuh.

Kunci sukses pariwisata ada tiga, yaitu atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Sampai saat ini, turis yang memasuki wilayah Indonesia melalui akses udara mencapai 75%, sedangkan 25% lainnya adalah melalui akses darat dan laut. Pada paparan tersebut, Budi juga menjelaskan bahwa Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo memberikan delapan buah arahan yang disebut dengan 8 Arahan Presiden RI Tahun 2016 adalah Tahun Percepatan. Salah satu arahan yang diberikan adalah terkait pariwisata.

Arahan yang kelima berbunyi “Pastikan kemajuan di lapangan pada 10 destinasi wisata nasional. 10 destinasi nasional tersebut adalah menciptakan 10 Bali baru yang meliputi Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai” ungkap Budi.

Mulai 1 Juli 2016 lalu, imigrasi telah menetapkan bahwa sudah dibuka bebas visa dari ratusan Negara yang ada di dunia. "Jika wisata di Indonesia mau dikembangkan, harus saling terintegrasi antara pariwisata dengan akses penerbangan. Kami sebagai pengelola Bandar Udara sangat mendukung hal tersebut agar terciptanya simbiosis mutualisme" ungkap General Manager saat menutup acara diskusi tersebut. (Hpr)